Banda Aceh – Syamsul Bahri resmi dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Keuchik Gampong Lampaseh Aceh periode 2016-2022 oeh Camat Meuraxa Heru Triwijanarko, Kamis (28/1/2016).
Acara yang dihadiri oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal tersebut berlangsung di Masjid Babussalam, Lampaseh Aceh. Hadir pula di sana Asisten Pemerintahan Setdako Banda Aceh Bachtiar, sejumlah anggota dewan dan ratusan warga setempat.
Berdasarkan SK Wali Kota Banda Aceh Nomor 453/2015, Syamsul Bahri ditetapkan sebagai Keuchik Lampaseh Aceh menggantikan Pj Keuchik Thabrani. Sebelumnya, Syamsul Bahri berhasil meraih suara terbanyak dan mengalahkan tiga kandidat lainnya dalam Pilchiksung.
Usai pelantikan, Wali Kota Illiza menyampaikan beberapa pesan kepada keuchik baru. Salah satunya merangkul para kandidat yang kalah untuk bersama-sama membangun gampong. “Demikian pula bagi calon yang kalah beserta pendukungnya, mari bahu-membahu membantu keuchik baru.”
Terkait dengan kucuran Alokasi Dana Gampong (ADG), Illiza meminta aparatur gampong untuk mengelolanya secara transparan, akuntabel dan memastikan dana tersebut bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat. “Jangan lupa,anggaran untuk ibu-ibu juga ada porsinya dalam ADG,” kata Illiza yang disambut tepuk tangan kaum ibu yang hadir.
“Untuk mendukung pengelolaan dana desa yang terukur dan tepat sasaran, buatlah perencanaan yang didukung database yang baik. Sehingga dapat diketahui apa-apa saja keperluan gampong, mulai dari infrastruktur hingga pemasaran hasil kerajinan maupun kue produksi gampong.”
Wali kota juga menyinggung perkembangan aliran sesat khususnya Gafatar yang kini tengah menjadi isu nasional. Dalam waktu dekat, ungkap Illiza, pihaknya akan diundang MUI pusat untuk mempresentasikan langkah Pemko Banda Aceh yang dinilai berhasil meredam penyebaran aliran sesat.
“Empat tahun lalu, kita berhasil mengusir Milata Abraham yang kemudian menjelma menjadi Gafatar dan kini mereka juga tumbuh di daerah lain di Indonesia. Untuk itu, mari terus kita perkuat pageu gampong terutama melalui peran pemuda untuk mengantisipasi aliran sesat kembali ke kota kita. Kota ini milik kita, mari kita jaga bersama,” ajak Illiza.
Tak ketinggalan, Illiza mengajak seluruh masyarakat untuk menyukseskan Banda Aceh sebagai salah satu kota yang ditetapkan pemerintah pusat untuk menjadi pilot project kantong plastik berbayar. “Pak keuchik juga harus mensosialisasikan hal ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, dengan adanya program ini warga diharapkan agar membawa kantong plastik atau tas sendiri dari rumah untuk membawa pulang barang belanjaannya. Jika tidak, maka akan dikenakan biaya tambahan untuk setiap kantong plastik yang digunakan dari toko.
Program yang dicanangkan pemerintah untuk menekan jumlah sampah plastik ini akan dimulai di swalayan dan pusat perbelanjaan modern lainnya di Banda Aceh. “Jika tidak kita mulai sekarang, maka pada 2020 nanti diperkirakan Indonesia akan dipenuhi dengan sampah plastik. Ini sangat berbahaya bagi lingkungan dan Bumi kita karena limbah plastik baru bisa terurai 100 tahun kemudia oleh tanah,” pungkas Illiza. (Jun)