Aminullah: “Alhamdulillah Karena Dukungan Semua Stakeholder”
Banda Aceh – Sebuah situs berita nasional, Good News From Indonesia (GNFI) terkejut melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banda Aceh yang berhasil menempati posisi kedua setelah Yogyakarta. Sebagai kota sedang yang jauh dari pusat pemerintahan Indonesia, Banda Aceh menempati posisi kedua IPM di Indonesia dengan poin 85,07. Berada di bawah Yogyakarta di posisi pertama dengan angka 86,65. Sementara Jakarta Selatan turun ke peringkat ketiga dengan angka IPM sebesar 84,75.
Hasil tersebut berdasarkan pengukuran dari 514 Kabupaten/Kota se-Indonesia. Ibukota Provinsi Aceh ini pun tergolong daerah mandiri dan sejahtera.
Dalam situs Instagram GNFI ditulis, dalam list yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik awal tahun 2020 menjadi kejutan tersendiri, kota yang pernah luluh lantak akibat tsunami tersebut kini menunjukkan tren peningkatan kualitas hidup yang menjanjikan.
Kemudian GNFI menilai menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi dan berhasil meningkatkan kualitas pendidikan sebagai kota referensi pendidikan dengan dibarengi mendapat penghargaan Kihajar dari menteri pendidikan pada tahun 2019 lalu.
“Hal itu menjadi pemicu tingginya IPM Banda Aceh” tulisan di akun IG GNFI.
Unsur lainnya juga dinilai di bidang harapan hidup, dimana Banda Aceh telah berhasil meningkatkan kualitas kesehatan kotanya.
Menanggapi penilaian dari situs berita yang dirilis oleh Akhyari Hananto tersebut, Wali Kota Banda Aceh menyampaikan tanggapannya.
Tingginya Indeks Pembangunan Manusia Banda Aceh tidak terlepas dari dukungan semua stakeholder. Aminullah juha menyebutkan raihan tersebut juga berkat upaya kerja keras masyarakat dalam pembangunan Banda Aceh.
“Ini adalah apa yang kami harapkan, kerja keras Pemerintah bersama masyarakat telah berbuah hasil yang baik. Tak lepas dari sinergitas antara legislatif dan eksekutif kota yang terus menuangkan pemikiran unggul dalam memajukan Banda Aceh,” ungkapnya.
Mantan Dirut Bank Aceh ini juga mengatakan, naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari terus menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam,” ujarnya.
Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh naik dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp 64,2 juta menjadi Rp 66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen.”
Terakhir, Aminullah pun mengungkapkan bahwa tumbuhnya perekonomian kota juga terkait erat dengan sektor pariwisata yang terus menggeliat. “2017 jumlah kunjungan wisatawan tercatat 288 ribu orang, 2018 naik 380 ribu, dan 2019 meningkat tajam hingga 500 ribu lebih wisatawan domestik maupun mancanegara. Penambahan per tahun luar biasa, dari 14 ribu ke 210 ribu wisatawan.”[]