
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Berdasarkan data Riskedas 2018, kasus stunting dan gizi buruk di Aceh masih berada di atas angka nasional.
Untuk angka gizi buruk secara nasional 3,5 persen sementara di Aceh di atas 5,5 persen.
Sama halnya juga untuk stunting atau balita pendek, angka stunting di Aceh 37 persen sedangkan nasional 30 persen. Angka ini masih berada di bawah rekomendasi WHO yaitu 20 persen.
Hal tersebut disampaikan Dokter Spesialis Anak, dr Aslinar SpA M Biomed saat menjadi narasumber dalam Serambi Podcast Edisi Bincang Kesehatan dengan tema “Wasting, Stunting, dan Gizi Buruk” yang disiarkan langsung melalui Facebook Serambinews.com, Kamis (24/9/2020).
Ia menjelaskan wasting, stunting, dan gizi buruk itu saling keterkaitan. Wasting merupakan suatu kondisi yang disebut dengan kurang gizi akut. Dan wasting itu sendiri dibagi menjadi gizi kurang dan gizi buruk, yang membedakannya adalah pada saat nanti memplotkan berat badannya menurut grafik.
Dikatakannya, untuk menentukan seorang anak mengalami gizi buruk banyak yang harus diperhatikan, antaranya dari penampakan yang sangat kurus, mengukur lingkar lengan tangan atas.
Jadi setiap anak mulai usia 6 bulan hingga 5 tahun harus diukur lingkar lengan tangan atasnya.
“Dikatakan gizi buruk apabila ukuran lengan atasnya itu kurang dari 11,5 centimeter,” katanya.
Selanjutnya, terdapat edema yaitu bengkak yang biasanya terjadi di kaki. Apabila ditekan seperti buah pepaya atau mangga yang sudah lembek, jika ditekan tidak balik lagi ke semula.
“Jadi dengan adanya kriteria salah satunya saja sudah dikatakan gizi buruk. Yaitu lingkar lengan atas kurang dari 11,5 centimeter kemudian berat badannya serta adanya edema,” sebutnya.
Sementara stunting artinya pendek, tapi tidak semua pendek itu dikatakan stunting. “Yang disebut dengan stunting kurang gizi kronis, sedangkan wasting kurang gizi akut. Jadi wasting yang tidak diatasi dengan baik, maka lama-lama akan menjadi stunting,” jelasnya.
Ia kembali menjelaskan stunting atau pendek pada si anak bukan karena keturunan. Jadi stunting itu merupakan suatu kondisi anak menjadi pendek karena kekurangan gizi secara terus menerus, yang dinamakan malnutrisi kronis.
“Yang namanya stunting itu pengaruhnya sejak kehamilan. Ada yang disebut 1.000 hari pertama kehidupan, terhitung dari kehamilan 9 bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Jadi memang stunting itu bisa dipengaruhi sejak hamil, misalkan selama kehamilan nutrisi ibu tidak terpenuhi secara baik atau ibu mengalami sakit terus menerus, muntah terus sehingga tidak ada makanan yang masuk,” kata dr Aslinar.
Dikatakannya lagi, ataupun ibu dengan komplikasi kehamilan ada pendarahan atau yang mengganggu pertumbuhan janinnya sehingga berat badan lahir rendah. Itu salah satu resiko terjadinya stunting.
Sementara untuk makanan yang dikonsumsi selama kehamilan, ia menyarankan agar sesuai dengan aturan dokter kandungan atau bidan. Makanan-makanan yang mengandung gizi seimbang itu tidak harus mahal. Zat gizi yang dibutuhkan itu seperti kerbohidrat, protein, lemak, vitamin.(*)