* Janji Promosikan Program Wisata Aceh ke Eropa
BANDA ACEH – Proyek drainase Kota Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar yang proses pekerjaannya sempat diprotes karena mengusik kenyamanan warga, pada Rabu kemarin ditinjau langsung oleh Dubes Perancis untuk Indonesia, Mr Philipe Zeler. Seperti diketahui, dana untuk proyek drainase senilai 50 juta dolar AS atau Rp 450 miliar itu bersumber dari pinjaman lunak lembaga keuangan Perancis.
Dalam kunjungannya ke Aceh, Rabu (12/1), Dubes Perancis melakukan pertemuan khusus dengan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Wali Kota Banda Aceh Mawardy Nurdin, Kadis BMCK Aceh Muhyan Yunan, dan Kadis PU Kota Banda Aceh Zahruddin.
Pada konferensi pers seusai pertemuan, Philipe mengatakan, proyek drainase Kota Banda Aceh senilai 50 juta dolar AS atau Rp 450 miliar yang bersumber dari pinjaman lunak lembaga keuangan Perancis itu adalah bagian dari kelanjutan rehab rekon Aceh pascatsunami dan dukungan penuh Pemerintah Perancis untuk mensukseskan program kunjungan wisata internasional ke Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh. “Ini kunjungan kedua saya setelah yang pertama dua tahun lalu, sebelum BRR NAD-Nias dibubarkan,” katanya.
Philipe menjelaskan, misi kunjungan keduanya ke Aceh untuk melihat pelaksanaan proyek drainase Kota Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar. Menurutnya, Pemerintah Perancis menyetujui permohonan pinjaman lunak Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan proyek drainase Kota Banda Aceh karena Pemerintah Perancis ingin Kota Banda Aceh bebas banjir dan kelihatan lebih baik lagi dari sebelum terjadi tsunami. “Proyek ini bisa mendorong percepatan ekonomi masyarakat dan memberikan kemakmuran bagi rakyat Aceh,” ujarnya.
Dari hasil kunjungan (pemeriksaan) ke beberapa titik lokasi proyek, Philipe mengaku cukup puas melihat hasil kerja tahap awal oleh empat BUMN Departemen Pekerjaan PU, yaitu PT Adhi Karya, PT Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Berantas Abi Praya. Philipe berharap proyek ini bisa selesai tepat waktu pada akhir tahun nanti dengan kualitas berstandar internasional.
Terbesar di Indonesia
Kadis Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan di sela-sela acara pemancangan tiang Gedung Pengontrol Drainese Kota di Gampong Pango Raya, Kota Banda Aceh mengatakan, keempat BUMN yang melaksanakan proyek ini diberikan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai akhir Desember 2011 dengan kualitas standar internasional.
Menurut Muhyan, proyek ini diawasi konsultan dari Belanda dan Perancis dan telah memberikan dampak ekonomi dengan menyerap tenaga kerja mencapai 1.200 orang. “Untuk saat ini, paket proyek drainase Kota Banda Aceh dan Aceh Besar merupakan proyek drainase terbesar di Indonesia dengan pagu anggaran Rp 450 miliar,” ungkap Muhyan Yunan.
Muhyan mengakui, dampak pelaksanaan proyek drainase tersebut telah memunculkan kondisi kurang nyaman bagi masyarakat, dan pihaknya berharap bisa dimaklumi. “Dinas BMCK Aceh terus berupaya memperbaiki sistem kerja di lapangan dengan cara memberi teguran keras kepada konsultan pengawas dan rekanan agar kerjanya bisa lebih baik lagi. Sebaliknya masyarakat juga kita minta untuk turut berpartisipasi mengawasinya dan jika ada pekerjaan yang tidak benar laporkan kepada Dinas BMCK Aceh,” tandas Muhyan Yunan.
Kunjungan ke Banda Aceh
Dalam konferensi pers, Dubes Perancis menilai Kota Banda Aceh sudah banyak perubahan dan perkembangan signifikan. Sudah kelihatan lebih bersih, indah, dan pohon yang tumbuh sudah lebih banyak lagi. Arus lalu lintasnya sudah lebih teratur karena sudah banyak dibuka jalan tembus baru yang cukup luas.
Kondisi Kota Banda Aceh saat ini, menurut Philipe, sudah mengarah kepada kota-kota mini di Eropa yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. “Setelah Kota Sabang yang telah masuk dalam daftar agenda kunjungan wisatawan Eropa, berikutnya Kota Banda Aceh akan kita promosikan ke berbagai negara Eropa supaya masuk dalam daftar kunjungan wisatawan Eropa,” ujarnya.
Selain mendukung program kepariwisataan, Dubes Eropa itu juga menyatakan bidang kehutanan juga sangat berpotensi dikembangkan di Aceh. Pemerintah Perancis akan mempromosikan hutan Aceh ke negara Eropa agar banyak dikunjungi. Hutannya masih banyak dan Perancis siap membantu melestarikannya dan menjual potensi karbonnya ke negara-negara industri di Eropa. “Ini belum dilakukan secara maksimal oleh Pemerintah Indonesia, karena itu Pemerintah Perancis perlu membantu dan mempromosikannya ke pada industriawan Eropa,” demikian Philipe.(her)
sumber : http://www.serambinews.com
Leave a Reply