DPMG ikuti Zoom Meeting Rencana Aksi Program Bumi Sehat, Asupan Sehat, dan Lingkungan Hidup Sehat (BSASLS)

[17-6-2025] Kepala DPMG Kota Banda Aceh (Ir. Muhammad Syaifuddin Ambia, ST.MT) mengikuti zoom meeting Rencana Aksi Program Bumi Sehat, Asupan Sehat, dan Lingkungan Hidup Sehat (BSASLS) di Kota Banda Aceh 2025-2028.  dari DPMG juga dihadiri oleh Tenaga Ahli (Lia Riski Yanti, SE dan Wardiati, SE).

Program ini adalah inisiatif kolaboratif antara ESAS dan Komunitas Sahabat Hijau untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri pangan, hidup sehat, dan peduli lingkungan.

Program ini akan dilaksanakan di Kota Banda Aceh, tepatnya di 4 (empat) gampong, yaitu Gampong Lamdingin, Gampong Peulanggahan, Gampong Lampulo, dan Gampong Kota Baru, dan Gampong Lampulo. Keempat gampong tersebut dipilih karena memiliki masyarakat yang aktif dan punya semangat gotong royong yang tinggi. Hal ini menjadi modal penting untuk menciptakan perubahan positif melalui kegiatan seperti:
▪ Membuat kebun pekarangan rumah;
▪ Edukasi tentang pangan lokal yang sehat;
▪ Pengelolaan sampah melalui sistem Waste Collecting Point (WCP);
▪ Pelatihan pengelolan keuangan keluarga.

Seluruh kegiatan akan dilakukan secara bertahap selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2025 hingga 2028.

Provinsi Aceh, khususnya Kota Banda Aceh dan sekitarnya menghadapi berbagai tantangan dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Permasalahan seperti rendahnya konsumsi pangan bergizi, kurang optimalnya sistem pengelolaan sampah, serta kurangnya edukasi tentang gaya hidup sehat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan.
Untuk menjawab tantangan ini, perlu upaya yang bersifat menyeluruh dan berkelanjutan. Program BSASLS hadir sebagai sebagai solusi yang menggabungkan restorasi ekosistem, edukasi pangan sehat lokal, pengelolaan sampah, dan peningkatan sanitasi lingkungan.
Program ini dikembangkan oleh ESAS dan Komunitas Sahabat Hijau sebagai upaya kolaboratif lintas sektor, dengan fokus di empat gampong urban dan pesisir di Banda Aceh. Selama tiga tahun, program akan berjalan dengan pendekatan berbasis aksi, membangun kapasitas masyarakat dan menciptakan dampak jangka panjang yang bisa direplikasi di wilayah lain.

Tujuan Program
1. Memulihkan tanah dan air agar kebun pekarangan dapat tumbuh subur dan dipenuhi tanaman pangan yang beragam, sehingga masyarakat mampu memproduksi pangan sehat sendiri.
2. Mengajak masyarakat mengubah pola makan menjadi lebih sehat dan seimbang dengan memanfaatkan bahan pangan lokal.
3. Mengenalkan sistem dari kebun ke meja makan (from farm to table), sekaligus mengurangi sampah dan memperkuat cara pengelolaan sampah berbasis komunitas
untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Strategi Implementasi Program Tahun 2025 – 2028
Tahun I (2025 – 2026) – Gampong Lamdingin dan Gampong Peulanggahan
• Menetapkan Baseline/Data Awal: mengidentifikasi dan menetapkan indikator yang akan diukur untuk mengetahui dampak dan perubahan di akhir program.
• Membentuk Tim Inti Lokal: menyeleksi dan menetapkan tim inti dari masyarakat setempat yang nantinya akan berperan sebagai fasilitator pendamping selama
program berlangsung.
• Peningkatan Literasi BSASLS dan Sirkularitas: memberikan pemahaman menyeluruh tentang konsep BSASLS, termasuk prinsip sirkularitas dan pengelolaan sampah
mendekati nol limbah (near-zero-waste).
• Pengembangan Prototipe: mendesain dan menerapkan contoh nyata, seperti:
– Model kebun sehat regenerative (kebun pekarangan rumah)
– Contoh pengolahan makanan sehat berbasis pangan lokal
– Prototipe WCP yang sesuai dengan tata kelola sampah berbasis near-zero-waste

• Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran: melaksanakan sistem pemantauan, evaluasi,
dan pembelajaran secara berkelanjutan untuk memastikan perbaikan tanpa henti.

Tahun II (2026 – 2027) – Gampong Kota Baru dan Gampong Lampulo
• Uji Coba dan Inovasi Implementasi Prototipe: melakukan proses trial and error dalam penerapan berbagai prototipe untuk menemukan pendekatan terbaik yang sesuai dengan konteks lokal.
• Seminar Program BSASLS Ke-2: penguatan kapasitas dan penyebarluasan informasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
• Penguatan Hub BSASLS (Penguatan Fasilitator Lokal): merancang dan
mempersiapkan pusat pembelajaran yang menjadi tempat edukasi, praktik, dan replikasi model BSASLS di tingkat komunitas.
• Pengenalan Program Ketersediaan Air Tanah dalam Mendukung BSASLS: penyediaam teknologi Gamma Rain Filter
• Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran: melaksanakan sistem pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran secara berkelanjutan untuk memastikan perbaikan tanpa henti.

Tahun III (2027 – 2028)
• Tinjauan Tahap I dan II serta Diseminasi Hasil: melakukan evaluasi menyeluruh atas pelaksanaan Tahap I dan II, serta menyampaikan hasilnya kepada para pihak yang relevan dan memiliki komitmen untuk mendukung kelanjutan program.
• Efektivitas Tata Kelola BSASLS Hub: menilai sejauh mana sistem pengelolaan Hub BSASLS berjalan secara efektif dan berkelanjutan sebagai pusat pembelajaran
komunitas.
• Penguatan Kemandirian Komunitas: mendorong terciptanya kemandirian masyarakat dalam mengelola kegiatan secara berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan pendampingan dari tim fasilitator jika diperlukan.
• Replikasi ke Dusun Lain: memperluas dampak program dengan mereplikasi model BSASLS ke dusun-dusun lain, didukung oleh kesiapan Hub dan tim fasilitator untuk memberikan pendampingan.
• Advokasi Kebijakan Daerah: mendorong hadirnya kebijakan dari pemerintah daerah sebagai payung hukum bagi inisiatif BSASLS, hanya jika diperlukan tanpa
membebani anggaran pemerintah lokal secara signifikan.

Capaian Keberhasilan
Berdasarkan tahapan implementasi program yang telah dirancang, hasil akhir yang ingin dicapai dan dapat diukur perubahannya adalah sebagai berikut:

Kemandirian Komunitas :

  • Mampu mengelola kebun organik secara mandiri
  • Mampu menerapkan pola konsumsi sehat berbasis pangan lokal
  • Mampu menjalankan pengelolaan sampah dengan sistem WCP

Terbangunnya Hub Komunitas/Literasi BSASLS : 

  • Beroperasinya Hub sebagai pusat pembelajaran dan literasi BSASLS  yang aktif dan direplikasi
  • Tersedianya modul lokal berbasis praktik komunitas

Terwujudnya Model Ekosistem Sirkular : 

  • Produksi, konsumsi, dan pengelolaan sampah berlangsung dalam sistem near-zero-waste
  • Tumbuhnya potensi usaha mikro dari hasil kebun atau pengolahan sampah

Replikasi Program : 

  • Program BSASLS direplikasi di dusun-dusun lain melalui fasilitator lokal yang terbentuk

Susunan Tim Program

  • Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh.
  •  ESAS (Jakarta) – Koordinator Utama Program BSASLS.
  • Komunitas Sahabat Hijau (Banda Aceh) – Fasilitator waste management melalui Sistem Bank Sampah Waste Collecting Point (WCP).• KamiKITA Community Center (Banda Aceh) – pendampingan pengelolaan kebun organik, kewirausahaan, serta literasi finansial.
  • Khaerul Anam Widya Purnama (Bogor) – Tenaga Ahli Permakultur: fasilitator utama workshop bumi sehat – pertanian regeneratif.
  • Marnia, M.Sc (Bandung) – Tenaga Ahli Asupan Sehat: fasilitator utama workshop asupan sehat.
  • Prof. Agus Maryono – UGM – Tenaga Konservasi Air: Fasilitator utama workshop dan Penyediaan Teknologi Gamma Rain Filter