Peringatan HKJ Sedunia Berlangsung Meriah
BANDA ACEH – Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pemerintah Aceh dilaporkan mengalami kelebihan kapasitas. Saat ini, jumlah penderita kesehatan jiwa yang dititipkan di lembaga itu telah mencapai 407 orang, sementara daya tampungnya hanya untuk 300-an orang. Di sisi lain, pihak pengelola RSJ juga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup pasien, karena minimnya dana operasional dan fasilitas yang dimiliki.
Hal itu diutarakan Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh Saifuddin Abdurrahman, usai acara peringatan Hari Kesehatan Jiwa (HKJ) Sedunia, di Komplek RSJ Aceh, Senin (11/10). “Awalnya daya tampung RSJ Ini cuma untuk 200 orang. Dengan adanya bantuan gedung baru dari pihak Norwegia, daya tampung menjadi 300 orang. Tapi masih saja overkapasitas, karena jumlah pasien saat ini telah mencapai 407 orang,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Saifuddin, kelebihan jumlah pasien itu bisa saja tertampung semuanya, dengan catatan pemerintah segera merehabilitasi kembali dua bangsal lama yang rusak akibat bencana tsunami akhir tahun 2004 lalu. “Tapi jangankan untuk merehab kembali dua bangsal itu, untuk makan, snack, dan keperluan harian pasien saja nyaris tak cukup lagi,” ujarnya.
Ia merincikan, dalam satu hari setiap pasien diberikan tiga kali makan dan dua kali snack. Dalam beberapa kasus, pihak RSJ juga harus menyediakan kebutuhan lainnya untuk pasien, seperti sabun mandi, odol, termasuk pembalut wanita. “Parahnya lagi, sebagian besar keluarga pasien tidak pernah datang untung menjenguk. Mereka seakan tidak mau peduli dengan nasib keluarga yang dititip di sini,” ujar Saifuddin.
Satu-satunya harapan saat ini, ujar Saifuddin, adalah dengan mengetuk pintu hati para anggota DPRA agar menyetujui anggaran sebesar Rp 91 miliar yang diajukan pihaknya untuk tahun 2011. Ia berharap, kejadian kekurangan anggaran pada tahun 2010 lalu tidak terulang lagi pada tahun depan.
Sebagai gambaran, pada tahun 2009 anggaran untuk RSJ Aceh mencapai Rp 44 miliar. Namun entah kenapa, pada tahun 2010 anggaran untuk lembaga ini turun menjadi Rp 32 miliar, hampir tiga kali lipat lebih kecil daripada anggaran yang diberikan untuk Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA). “Makanya kita sangat berharap anggaran 91 miliar yang kita ajukan untuk tahun 2011 ini disetujui. Ini murni untuk kebutuhan, bukan karena keinginan kita,” ujarnya.
Kekurangan fasilitas juga terjadi di Instalasi Rehabilitasi Napza RSJ Aceh yang berjarak sekitar 100 meter dari RSJ. Saat ini tercatat sebanyak 11 korban kecanduan napza (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) dirawat di sana. Bedanya, pasian yang dirawat di sana, dibebankan biaya sebesar Rp 75 ribu per hari, dengan program yang cukup padat.
“Hampir semua fasilitas ini masih berupa pinjaman. Seperti dua unit komputer dan radio tape yang dipinjamkan pihak PPNI, kemudian dispenser, meja, dan sofa semuanya juga berstatus pinjaman,” ujar Nurliani AMK, Kepala Ruangan Rehabilitasi Napza RSJ Aceh, yang didampingi dokter spesialis, Dr Syahrial SPKJ, serta dua konselor di ruangan itu.
Meriah
Sementara itu, acara peringatan HKJ Sedunia di Komplek RSJ Aceh, kemarin, berlangsung cukup meriah. Acara tersebut dibuka dengan pembacaan ayat-ayat Suci Alquran oleh seorang pasien yang memenangi lomba MTQ antarpasien RSJ. Suara pasien pria tersebut terdengar cukup merdu dengan bacaan yang cukup fasih.
Seusai acara seremonial, para pasien dan para pegawai di lembaga tersebut larut dalam kegembiraan. Mereka bernyanyi dan berjoged bersama dengan diiringi salah satu keyboard top asal Banda Aceh. Para artis yang biasanya full time menghibur, kemarin malah tidak perlu bekerja keras, karena beberapa pasien berebutan minta menjadi artis.
Direktur RSJ Aceh, Saifuddin AR mengatakan, kegiatan kemarin merupakan puncak dari HKJ Sedunia yang diperingati pada setiap tanggal 10 Oktober. Sepekan sebelumnya, pihaknya mengadakan serangkaian lomba seperti MTQ, cerdas cermat, perawatan diri, dan lomba ketangkasan, seperti tarik tambang, lari karung, dan lari kelereng. “Peringatan HKJ kali ini memiliki makna khusus karena berkaitan dengan program ‘Aceh Bebas Pasung’ 2010 yang dinilai pemerintah cukup berhasil, sehingga menjadi pilot project tingkat nasional,” demikian Saifuddin AR.(nal/saf)
sumber :
Leave a Reply